Design your own products at CafePress.com!     
   

Kamis

Lebih Dari Sekedar Ucapan Terima Kasih


Seorang anak merengek minta dibelikan jagung bakar. Dengan sedikit
enggan ibunya mengulurkan selembar uang dan mengawasinya dari
kejauhan. Lalu si anak dengan tekun mengikuti gerak-gerik nenek tua
penjual jagung bakar memainkan kipas bambunya. Mata kanak-kanaknya
membulat terheran-heran pada pletikan biji jagung, asap, serta harum
yang tertebar kemana-mana Sedangkan nenek tua berpakaian lusuh itu
tersenyum melirik anak kecil yang jongkok di sebelahnya. Mata tuanya
meredup melayang entah kemana. Sesekali dicubitnya pipi anak itu.
Kemudian diberikannya jagung bakar itu pada anak yang sedari tadi
berharap-harap takjub, katanya. "Ambil saja buatmu nak. Tak usah
dibayar." Si ibu mengucapkan terima kasih lalu berkata pada sang ayah,
"Lumayan, kita dapat rejeki satu jagung bakar." Lalu mereka meninggalkan
taman kota itu dengan kendaraan roda empat mereka.

Tunggu dulu wahai ibu! Mengapa kau menyebutnya sebagai rejeki?
Bukankah dengan demikian si nenek tua itu malah kehilangan sebagian
penghasilannya yang tak seberapa? Tidakkah kau terpanggil untuk
membalas pemberian itu dengan sesuatu yang lebih dari sekedar kata
terima kasih? Memang, menerima selalu menyenangkan. Namun,
memberi dengan sikap tulus lebih membahagiakan. Tahukah kau. wahai
ibu. hati nenek tua itu teramat terang; jauh lebih terang dari lampu yang
menerangi temaram senja ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar