Panggung
1: Jauh di sebuah dusun nelayan dengan bau laut yang kental.
Seorang
paman menanyakan kabar keponakannya yang telah lama pergi
ke
kota. Dengan bangga, ibunya menjawab, "Syukurlah, sekarang hidup
Bejo
sudah enak. Dia bekerja sebagai petugas kebersihan di gedung
tinggi."
|
Panggung
2: Di sebuah gedung perkantoran di tengah kota yang sibuk.
Seorang
bos berdasi menanyakan tentang seorang pegawai yang tampak
lusuh.
Dengan gugup, manajernya menjawab, "Namanya Bejo pak!
Pegawai
rendahan di bagian kebersihan. Sayang, nasibnya tidak sebaik
namanya."
Aha! Betapa relatifnya nilai sebuah pekerjaan. Dari satu sudut
pandang,
sesuatu yang dibanggakan ternyata tak ubahnya cemoohan.
Namun
dari sudut lain, sebuah ejekan ternyata sumber harapan panjang.
Begitulah
bila pikiran mulai menilai-nilai apa yang disebut "kemujuran"
hidup,
maka pada saat yang sama ia memisah-misahkan orang ke dalam
kelas-kelas
yang berbeda. Padahal, melalui tatapan hati nurani, tiadalah
lebih
berharga jabatan tinggi di hadapan jabatan rendah. Ketika anda
menghargai
dan membebaskan diri dari
peringkat-peringkat
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar